Minggu, 20 November 2016

Tidak boleh lebih tinggi dari pohon Kelapa





Beberapa minggu saya berada di Pulau Dewata tak satu pun saya temui bangunan yang menjulang tinggi mencakar langit seperti di kota-kota besar lainnya, apalagi jika saya bandingkan dengan ibu kota, masyarakat disini lebih suka dengan ketenangan dan kedamaian, bukan ketegangan. Saat saya berbincang dengan Pak Dhana yang waktu itu menyambut kedatangan kami dari Bogor beliau mengatakan beginilah Bali bangunannya tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa. Selintas saya menganggap ini becanda karena mana mungkin status pembangunan dihubungkan dengan pohon kelapa. Ternyata setelah beberapa kali saya ketemu dengan penduduk asli Bali dan mengamati  memang betul bangunan disini tidak ada satupun yang lebih dari tiga lantai. Jalanan pun tidak ada yang namanya jalan layang disini.
Akhirnya saya
menemukan sebuah jawaban yang mengejutkan bagi saya. Bangunan tinggi bagi masyarakat bali, berarti menantang Tuhan, pohon tinggi yang diciptakan Tuhan adalah pohon kelapa, masa kita mau membangun sebuah bangunan yang lebih tinggi dari ciptaan Tuhan. Yang kedua bangunan tinggi itu akan membuat tempat ibadah terasa sangat kecil, masa tempat ibadanya kecil kecil dan dibawah sementara bangunannya tinggi – tinggi kan gak elok kelihatannya. Dua logika ini cukup masuk akal jika dilihat dari kacamata ummat Hindu.
Dipikir-pikir saya sebagai ummat Muslim agak miris ketika melihat mushola-mushola yang berada di Mall berada dibawah bersamaan tempat parkir, udah dibawah, kecil dan sesek-sesekan ketika mau sholat. Saya lihat lagi mushola di kampus saya yang berada dibawah tangga. Kemudian saya ingat kejadian di bandara yang musholanya sangat kecil dan hanya cukup untuk tiga orang ketika sholat berjamaah, sedangkan jamaah yang mengantri sangat banyak, mana ada kesempatan untuk berdzikir dan berdoa sementara dibelakang kita sudah da yang menunggu untuk bergantian sholat.
Mungkin itu yang di khawatirkan oleh ummat Hindu ketika bangunan-bangunan itu diperbolehkan menjulang tinggi. Kita lebih kagum terhadap bangunan daripada tempat ibadahnya.

0 komentar: