Senin, 15 Mei 2017

Coretan Fajar dan Waktu Senja


Engkau pernah bertanya jika sore disebut dengan senja lalu bagaimana dengan pagi? lalu ku jawab itulah yang disebut dengan fajar. Sekilas pertanyaan itu sangat tidak bermakna, tapi kini ku sadar kau bertanya seperti itu ada makna dan kenangan yang ingin kau ukir. Fajar dan senja adalah dua waktu yang berbeda. Jarak diantara keduanyapun sangat berjauhan. Tapi apakah kau menyadari bahwa keduanya memberikan nuansa keindahan. Fajar datang sebelum terang dan senja hadir sebelum
gelap. Tapi itu tidak penting, yang terpenting adalah keduanya hadir sebagai transisi.
Transisi kehidupan sering kita abaikan, bahkan proses berhijrah paling berat itulah masa transisi. Sehingga banyak orang tidak sanggup melihat realita dari kacamata transisi. Ibarat fajar dan waktu senja kita berada diantara dua dunia yang berbeda. Begitulah guruku menyebut perumpamaan diantara kita. Fajar dan senja tidak pernah bersatu tetapi mereka selalu diburu, diburu oleh pencinta keindahan. Fajar dan senja juga tidak pernah bertemu, bagaimana mungkin mereka bisa bertemu sedangkan mereka diciptakan bukan untuk dipersatukan.
Kita memiliki konsep kehidupan yang sama walaupun beda dunia. Seperti fajar dan waktu senja memiliki fungsi yang sama walaupun berbeda waktu mereka menampakkan diri. Aku mencintai keindahan, begitupun denganmu. Dan aku mencintai kebaikan, kau pun begitu. Apa iya aku sedang jatuh cinta?, jatuh cinta pada keindahan dan kebaikan mu. Apa mungkin kau pun jatuh cinta? Jatuh cinta pada sisi baik dari sebagian diriku.
Sejujurnya aku memantaskan diri bukan untuk dirimu, tapi kenapa sebagian dari doaku ada pada dirimu? Saat mengenalmu, seketika konsep kehidupan yang sedang aku bangunpun menjadi berantakan. Bahkan hilang dan aku tak ingat lagi akan konsep itu. Aku seperti kembali ke masa lalu, masa dimana konsepku penuh dengan tantangan. Aku bukan tipe orang yang suka akan ketenangan, walaupu beberapa waktu lalu aku sangat menikmati ketenangan itu.
Kini ku melihat ada tantangan baru yang harus aku taklukan, aku merasa hidup kembali. Kembali dalam realitas kehidupan yang nyata. Bukan kehidupan yang dibumbui harapan yang belum tentu jadi kenyataan. Jalani saja, itu kata yang pas untuk menenagkan hati yang sedang kacau ini.
Orang tua tidak pernah peduli dengan keadaanku yang seperti ini, alih-alih memberikan saran untuk kriteria pasangan, untuk urusan studi saja aku tidak pernah ditanya olehnya. Kepada siapa aku harus bercerita kalau bukan kepada semesta? Oh Tuhan lagu-lagu cinta disaat seperti ini terasa indah diperdengarkan. Diskusi bersama sahabat menjadi celotehan baru bercerita akan dirimu. Rasanya tidak pernah bosan lidah ini menceritakan akan keindahan mu wahai fajar dan waktu senja.

Selama ini ku selalu menebar cinta untuk semesta. Arah tujuan yang tidak jelas ini membuat hidupku kesepian, karena tidak semua cinta yang ku sebar semesta membalasnya. Ini yang membuat kehidupan seolah tak bermakna. Tapi berbeda saatku mengenalmu, ada makna yang hebat yang ku temukan walaupun makna tersebut masih bersifat semu. Karena fajar dan waktu senja adalah teka-teki kehidupan yang tidak banyak orang tau akan makna keindahan didalamnya. 

0 komentar: