![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAoXBFc-gqjxlYkyDHIAaDKY2iUB_0uYPjmW_bA0-JZ96RaaE3EN3vmRhR3JPaN33OkzMrtptfEfmwzpfIehrchNpMEqVacrLjWJi0hNH3tCVKn2fv0PfdUjapBCAPM5IUv21Ez0cXYAXg/s200/Nasgor.jpeg)
Saat menyusuri jalanan, ia melewati
sebuah warung tenda nasi goreng. Marko mencium harumnya aroma nasi goreng
yang segera membuatnya kelaparan.
Ia ingin sekali memesan nasi goreng yang harum itu,
tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik warung melihat Marko berdiri
cukup lama di depan warungnya, lalu ia bertanya “Mbak, mau beli nasi goreng?”
“Tetapi, saya tidak bawa uang,” jawab Marko malu-malu.
“Tidak apa-apa. Nggak usah bayar. Ayo duduk, saya buatkan dulu,” kata pemilik warung.
“Tetapi, saya tidak bawa uang,” jawab Marko malu-malu.
“Tidak apa-apa. Nggak usah bayar. Ayo duduk, saya buatkan dulu,” kata pemilik warung.
Tidak lama kemudian, pemilik warung
itu menghidangkan sepiring nasi goreng dan segelas air minum.
Marko segera makan beberapa suap dan kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa mbak ?” tanya si pemilik warung.
Marko segera makan beberapa suap dan kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa mbak ?” tanya si pemilik warung.
“Ah, tidak
apa-apa. Saya hanya terharu,” jawab Marko
sambil mengeringkan air matanya.
” Seseorang yang baru aku kenal pun mau memberi aku sepiring nasi goreng!
Tetapi, Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, langsung mengusir aku dari rumah.”
” Seseorang yang baru aku kenal pun mau memberi aku sepiring nasi goreng!
Tetapi, Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, langsung mengusir aku dari rumah.”
Mendengar perkataan Marko, pemilik
warung menghela nafas dan berkata:
“Mbak mengapa bicara seperti itu? Coba pikir, saya hanya memberi mbak sepiring nasi dan mbak menjadi terharu. Bayangkan Ibu mbak telah memasak makanan semenjak mbak kecil hingga dewasa. Mengapa mbak tidak berterimakasih kepadanya, malahan bertengkar dengan Ibu?”
“Mbak mengapa bicara seperti itu? Coba pikir, saya hanya memberi mbak sepiring nasi dan mbak menjadi terharu. Bayangkan Ibu mbak telah memasak makanan semenjak mbak kecil hingga dewasa. Mengapa mbak tidak berterimakasih kepadanya, malahan bertengkar dengan Ibu?”
Marko terhenyak mendengar perkataan
pemilik warung. Mengapa ia tidak berpikir tentang hal itu?
Untuk sepiring nasi goreng dari seseorang yang baru dikenal, ia begitu berterima kasih.
Tetapi kepada Ibunya yang telah memasak selama bertahun-tahun, ia bahkan tidak memperlihatkan kepeduliannya.
“Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengan Ibu”, renung Marko dalam hati.
Untuk sepiring nasi goreng dari seseorang yang baru dikenal, ia begitu berterima kasih.
Tetapi kepada Ibunya yang telah memasak selama bertahun-tahun, ia bahkan tidak memperlihatkan kepeduliannya.
“Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengan Ibu”, renung Marko dalam hati.
Marko pun segera menghabiskan nasi
gorengnya dengan cepat. Lalu, ia menguatkan dirinya dan segera pulang ke
rumah.
Begitu sampai di ambang pintu rumah,
ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.
Sang Ibu tampak kebingungan.
Tapi ketika ia melihat Marko, tampak rasa lega. “Ayo, cepatlah masuk. Ibu telah menyiapkan makan malam. Segeralah kamu makan, nanti menjadi dingin,” ujar sang Ibu sambil tersenyum.
Sang Ibu tampak kebingungan.
Tapi ketika ia melihat Marko, tampak rasa lega. “Ayo, cepatlah masuk. Ibu telah menyiapkan makan malam. Segeralah kamu makan, nanti menjadi dingin,” ujar sang Ibu sambil tersenyum.
Pada saat itu, Marko tidak dapat
menahan air matanya dan ia pun menangis sejadi-jadinya di pangkuan sang
Ibu. “Ibu, maafkan
aku,” kata Marko sambil terus terisak.
Sekali waktu, mungkin kita akan
sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk sebuah
pertolongan kecil yang mereka berikan. Tetapi, kepada orang yang sangat
dekat, khususnya orangtua, harus di ingat bahwa hendaknya berterima kasih
kepada mereka seumur hidup kita.
Maka…Muliakanlah
orang tua-mu sebelum terlambat.
0 komentar:
Posting Komentar