Minggu, 20 November 2016

Hubungan Kau dan Aku





Belajar bisa kepada siapa saja, yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai setiap pelajaran yang kita dapat dari lingkungan sekitar. Beberapa hari yang lalu saat saya mengurus pindahan dari tempat kost yang lama ke tempat kost yang baru saya memesan ojek online, mengingat tempat saya tinggal waktu itu cukup jauh dari Kampus. Dalam perjalanan kita membicarakan banyak hal dari mulai kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sampai pada sistem ekonomi dan kehidupan masyarakatnya.
Harus saya Akui bahwa Bali dengan sejuta budaya nya
mampu menghipnotis siapa saja yang berkunjung kesana. Baru satu bulan saya tinggal dipulau dewata ini dan baru kali ini saya bisa mengobrol dengan penduduk asli bali, biasanya yang saya temui adalah para perantau dari pulau jawa dan nusa tenggara, ada juga beberapa dari mereka yang datang dari luar negeri seperti Korea, Jepang, Belanda dan Timor leste.
Dalam perjalanan ini karena asik mengobrol mungkin bapak sopir ojek ini agak kurang fokus, sehingga motor kami hampir oleng karena terserempet pengemudi lain. Tapi pada saat kejadian itu ada hal yang unik yang beliau ucapkan. Kita tidak perlu membalas kejelekan orang lain, karena yang akan menerima akibatnya adalah orang itu sendiri, jika kita tidak ingin diperlakukan buruk oleh orang lain, yasudah kitapun jangan bersikap buruk kepada orang lain, kebaikan itu akan balik kepada pelakunya begitu pula dengan keburukan. Dalam istilah hindu disebutnya “aku adalah kamu, kamu adalah aku”. Dengan sangat antusias saya mendengarkan petuah yang beliau ceritakan.
Kemudian beliau melanjutkan dalam ajaran Hindu pun kami mengenal hukum Karma Pala, dimana hukum  karma pala ini dibagi menjadi tiga episode. Sebetulnya kita hari ini adalah re-ingkarnasi dari kehidupan kita sebelumnya. Re ingkarnasi yang pertama adalah kejadian hari ini adalah buah dari prilaku kita masa lalu, jika dimasa lalu kita berbuat baik, maka kehidupan kita hari ini pun akan baik, begitupun sebaliknya, walaupun prilaku kita saat ini baik tapi ternyata kehidupan kita kurang baik maka bisa jadi kehidupan kita hari ini  adalah reingkarnasi dari perilaku kita yang dulu dan kurang baik. Kemudian beliau melanjutkan reingkarnasi yang kedua adalah perilaku kita hari ini akan dibalas dalam kehidupan kita dimasa datang. Misalnya kalau perilaku kita hari ini baik belum tentu kebaikan akan kita dapatkan hari ini juga. Bisa jadi satu tahun bahkan lima tahun yang akan datang. Hal ini pun berlaku sebaliknya dalam keburukan. Dan reingkarnasi yang ketiga beliau melanjutkan, perilaku kita hari ini akan dibalas oleh tuhan hari ini juga. Misalnya jika hari ini kita bekerja dan hari ini juga kita mendapatkan gaji, maka itulah upah dari tuhan yang dibalas hari ini juga. Dan ketika kita berbuat suatu keburukan dan hari ini pula kita mendapatkan musibah itulah reingkarnasi kehidupan kita hari ini yang dibalas tuhan hari ini juga.
Dari pembahasan diatas cukup membuat saya tertegun dan merenung betapa arif dan bijaksananya masyarakat Bali dalam menata perilaku, bukan hanya dalam teori tapi diyakini betul dalam batasan membentengi perilaku. Setelah kita ngobrol panjang lebar dia pun mengungkapkan hal yang cukup unik menurut saya. Ternyata beliau adalah seorang direktur disebuah Bank Swasta di bali dan beliau memutuskan keluar karena selama bekerja di bank tersebut merasa bukan passionnya. Capek harus datang jam 8 pagi dan keluar jam 4 sor, mending jadi ojek  bisa keluar kapan saja gaji juga ga jauh beda malahan bisa lebih besar di ojek. Sama satu lagi nilai plusnya saya bisa belajar banyak dari para penumpang, dengan mengobrol seperti ini saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan ujar dia.
Beliau sudah cukup tua, anak-anak nya juga juga sudah lulus kuliah, tapi masih mau menimba ilmu dengan bertemu banyak orang dari jalan ngojek. Bagaimana dengan kita yang masih muda??

0 komentar: