Mata kuliah hari ini telah selesai, semua mahasiswa
dikelas sudah keluar ruangan. Berbeda dengan yang lainnya, Rachel masih tetap
betah diam dikursinya. Masih setia menunggu dosennya untuk keluar terlebih
dahulu. Pak Juna tengah membereskan semua perlengkapan yang dibawanya tadi.
Setelah semua masuk tas, beliau berpamitan kepada satu mahasiswi yang masih
tertinggal didalam kelas itu. Lalu menyunggingkan senyum manisnya.“bapak
duluan, ya!” pamitnya kepada Rechel. Rachel hanya tersenyum tanpa membalas
pamitan Pak Juna.
Sesekali
dia manatap buku catatannya yang kosong. Beberapa kali dia menolak panggilan
masuk dari
handphonenya. Dia hanya butuh ketenangan. Yang dia butuh saat itu
hanya ingin sendiri. Berharap waktu dapat menyembuhkan lukanya. Luka hatinya
yang beberapa kali semakin perih. Luka yang selalu dia rasakan. Yang diberikan
oleh kekasihnya, Anton. Tapi entah kenapa dia selalu memberi harapan kembali
kepada Anton yang jelas-jelas sudah sangat sering membuatnya terluka. Mungkin
karena sebuah cinta. Tapi apakah benar cinta itu harus selalu tersakiti? Bagi
Rachel, cinta itu seperti itu. Seperti cinta Anton yang tidak pernah membuatnya
bahagia. Namun kebodohan Rachel yang selalu membuka kesempatan kembali bagi
Anton. Entah apa sebabnya!?
???
Ketiga
sahabatnya tengah menunggu kedatangan satu sahabatnya yang lain sejak setengah
jam yang lalu. Namun Rachel tetap tidak muncul juga. Akhirnya, Dimas, Marcel
dan Yunita mencarinya kedalam kampus. Pesan singkat yang sedari tadi Dimas
kirim tidak pernah mendapat jawaban apapun. Yunita sudah mencoba meneleponnya,
namun tidak pernah dijawab. “ada apa ya dengan Rachel? Dia dimana, lagi?” tanya
Yunita kepada dua sahabatnya itu. Dimas yang mengetahui keberadaan Rachel
segera memberitahu kedua sahabatnya agar lekas menemui Rachel.
“dia pasti masih tertinggal dikelasnya!” simpul
Dimas.
???
Seorang
gadis menangis didalam sebuah kelas kosong. Tangisnya tidak bersuara, namun
isakan tangis itu bisa terdengar sampai keluar kelas yang sepi. Marcel, Dimas dan
Yunita segera menuju ruang kelas itu yang ternyata didalamnya ada Rachel. Gadis
yang menangis sendirian.
“kenapa, Hel? Patah hati lagi? Anton lagi?”
Yunita yang simpatik menanyakan keadaan Rachel. Karena tidak bisa berkata
apa-apa, orang yang ditanyapun hanya menganggukkan kepalanya. Tertanda “iya”.
“udah aku bilang, kan beberapa kali! Kamu nggak
usah lagi kasih harepan buat Anton! Kamu udah sering sakit hati olehnya, Hel!
Coba sekarang dengerin nasehat kita!” Yunita mencoba menenangkan Rachel dan
berusaha memberi saran baik kepada Rachel. Namun Rachel masih saja tertunduk
dalam tangisnya.
???
Rachel
yang tengah sibuk mengetik sms yang ditujukannya kepada Anton, lelaki yang
sangat dicintainya itu. Tiba-tiba, ibu jarinya terhenti sesaat dia dengar bunyi
bel dari pintu rumahnya. Belum sempat dia mengirim pesan singkat itu yang
sebenarnya pesan yang sangat panjang, Rachel beranjak dari kasurnya dan segera
menuju pintu rumah melihat siapa yang bertamu kerumahnya.
“Dimas..?” agak terkejut melihat sosok Dimas yang
berdiri tegap di depan pintu rumahnya. “ada apa? Tumben sendirian, Marcel sama
Yunita mana?” dia menanyakan kedua sahabatnya yang lain.
“Emm... mereka—“ berfikir sejenak mencari alasan.
Lalu tetap melanjutkan. “mereka nggak bisa ikut, ada tugas yang harus
diselesaikan, katanya.”
“oh, ya sudah, ayo masuk. Dirumah hanya ada aku
dan Pak Wawan, Dim!” ujar Rachel seraya mempersilakan Dimas masuk. Seperti
biasa, jika sahabat-sahabatnya main ke rumah Rachel, mereka pasti menanyakan
“ada orang atau tidak?” karena kebiasaan mereka selalu membuat keributan
didalam rumah. Tentu saja maksud keributan itu adalah cabdaan yang tak kunjung
usai.
Diruang
keluarga, Rachel dan Dimas duduk berdua, menyantap puding yang sudah disediakan
pembantu Rachel sebelum pergi keluar. Dimas sesekali memperhatikan raut wajah
Rachel yang amat bingung dan galau. Begitupun Rachel yang sedari tadi hanya
terdiam sibuk dengan pikirannya sendiri. Ingin rasanya dia mencurahkan isi
hatinya kepada Dimas, namun dia malu! karena curahan hatinya ini masih tentang
Anton, kekasihnya.
Karena
tidak enak dengan suasana seperti itu, Dimas memulai pembicaraan. “Emm.. Hel?
Kamu ada masalah lagi, ya? Kenapa? Anton lagi?” tanyanya dengan yakin kalau
Rachel sedang ada masalah lagi dengan Anton.
“he.em...” Rachel mengangguk pasti. “kemarin, aku
lihat dia dengan perempuan lain, Dim.” Mencoba mengatur nada suaranya. “aku
coba tanya, katanya itu cuman temen biasa, tapi aku lihat dengan mata kepalaku
sendiri, Dim. Perempuan itu sudah diluar batas. Aku nggak bisa jelasin
semuanya...” jelasnya. Rachel hanya menatap lurus kearah layar TV. Tatapannya
kian kosong. Itu yang dilihat Dimas saat dia melirik kearah Rachel. Dimas,
sebagai sahabat yang paling dekat dengannya sangat tahu karakter Rachel. Dan
beberapa masalahnya dengan Anton, hampir Dimas tahu semuanya. Bahkan Dimas tahu
semua sebabnya. Yaitu, perselingkuhan.
Dimas
merasa heran sekali kepada sahabatnya ini, entah jin apa yang merasukinya,
beberapa kali dia sakit hati, sesering itu pula Rachel memaafkan Anton dan
selalu memberi kesempatan kembali kepada Anton.
“aku kasian sama kamu, Hel! Udah berapa kali aku
bilang, bahkan Marcel dan Yunita pun selalu menyarankan untuk mengakhiri
hubunganmu dengan Anton. Tapi apa sih, kendalanya?” tanya Dimas yang selalu
penasaran.
“aku—aku—aku gak bisa jelasin itu, Dim! Aku
sendiri bingung apa yang aku rasain!?” jawabnya tidak pasti.
???
Waktu
berlalu, perbincangan antara Dimas dan Rachel semakin panjang namun tidak
menemui titik temu. Disaat Rachel merasa sedih, Dimas menyuruhnya menyandarkan
kepala Rachel dipundak Dimas. Memang itu yang selalu dilakukan disaat seorang
sahabatnya butuh pangkuan. Seseorang datang tanpa undangan dan ijin dari tuan
rumah. Membuka pintu tanpa memencet bel. Sangat tidak punya adab!
Langkahnya
lebar, sampai tiba di tempat yang ditujunya, dia langsung melontarkan suara.
“EKHEMM..!”
Rachel
dan Dimas serontak terkejut mendengar suara dehaman itu. Mereka berbalik badan
berbarengan. Dan tengah didapatinya seorang Anton yang berdiri menatap keduanya
dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
“Anton?” Rachel merasa heran melihat sosok
pacarnya itu. “untuk apa kamu kesini?” tanyanya ketus.
“tadinya aku kesini ingin meminta maaf sama kamu,
Hel! Tapi—ternyata kamu sudah asik berduaan dengan laki-laki ini!” dia menunjuk
lurus kearah wajah Dimas yang tanpa dosa.
“kamu salah, Anton! Dimas kesini cuman ingin tahu
masalahnya.” Ujarnya. Mencoba mencari kata yang tepat.
“masalah? Ini masalah kita berdua, Hel! Nggak
usah kamu ungkit-ungkit ke orang lain!”
“tapi dia sahabatku, Anton! Dia berhak tahu! Dan
yang sebenarnya Dimas sudah tahu dari awal!” Rachel beranjak dari sofa yang
didudukinya. Kesal melihat tingkah pacarnya itu. Emosinya sedikit tidak
terkendali. Begitupun Anton, orang yang tidak bisa menjaga emosinya. Selalu
cepat marah. Dia cemburu melihat Rachel dengan Dimas. Padahal, selama ini
Rachel tidak pernah cemburu berlebihan kepada semua teman-teman perempuan Anton
yang dekat dengannya.
Melihat
perselisihan itu, Dimas kemudian angkat bicara. Tentu saja dia membela
sahabatnya, Rachel. “tunggu, Ton. Kamu nggak usah marah sama Rachel. Yang dia
bilang itu memang betul. Aku datang kesini Cuma pengen tahu apa lagi masalahnhya!
Dan ternyata masalah itu masih berasal dari sifatmu yang nggak pernah berubah
dari dulu! Selingkuh dibelakang Rachel!” ucapan Dimas mulai meninggi. Anton
yang tidak terima semua itu, kesal. Marah. Tidak terima dibilang selingkuh
dibelakang Rachel.
“JANGAN BANYAK OMONG, YA!” sentaknya. “INI
URUSANKU DENGAN RACHEL! NGGAK USAH IKUT CAMPUR!” Anton merasa kekesalannya
bertambah.
“oke—oke—aku nggak bakal ikut campur. Tapi,
masalah Rachel masalah aku juga! Dan aku nggak terima kalau sahabatku sendiri
disakitin seenaknya kaya gini!” tambah Dimas. Masih membela sahabatnya. Adu
mulut diantara Dimas dan Anton terhenti saat Rachel memutuskan angkat bicara.
“STOP!!” dia menghentakkan suaranya. “udah! Nggak
usah diperpanjang lagi! karena aku tahu—aku tahu jalan akhirnya!” dia menarik
napas cukup dalam dan menghembuskannya kembali. “Anton, selama ini aku sudah
cukup sabar. Cukup sabar menahan sakit. Sakit hati yang selalu melihatmu dengan
perempuan lain yang kamu bilang itu Cuma teman deket aja! Sakit hati karena
nggak pernah kamu anggap ada! Mungkin kalau dihitung, sakit hati ini terlalu
banyak! Sampai aku lupa bagaimana menyembuhkannya!” diam sejenak menahan
emosinya dan mencoba mengatur napasnya.
“dan kamu!” menunjuk Anton. “kamu nggak pernah
tau itu semua! Kamu nggak pernah tau apa yang aku rasain selama ini! Yang kamu
tau, Cuma kesempatan kedua, ketiga, mungkin sampai yang ke sepuluh kalinya!
Tapi kamu nggak bisa berubah! Dan bodohnya aku, aku terlalu percaya sama kamu,
Ton!” Rachel menghentikan bicaranya. Dua laki-laki yang berada didekatnya itu
hanya terdiam. Dimas yang cukup tenang melihat itu. Tapi Anton, hatinya
bergejolak. Merasa bodoh! Pengecut! Yang tidak pernah tahu semua yang dirasakan
Rachel. Kekasihnya sendiri.
“lebih baik, kita—PUTUS—“ kalimat itu cukup
membuat Anton hancur. Kaget! Shok! Yang tidak diinginkannya selama ini, terjadi
begitu saja. Kata putus yang dilontarkan Rachel menjawab semua teka-teki itu.
Anton memang bukan yang terbaik untuk Rachel. Seketika itu, Rachel mengusir
Anton dengan hormat dari hadapannya. “aku mohon, kamu bisa terima semua ini,
Ton! Dan sekarang, aku mau kamu pergi dari sini! Pergi dari kehidupanku!
Biarkan aku sendiri, dan aku mohon
jangan pernah muncul dihadapanku lagi! aku sudah cukup menderita, Ton. Luka ini
nggak akan hilang kalau terus kamu tanam.”
???
Langkahnya
jontai seperti tak bertenaga. Dengan terpaksa, dia harus menerima putusan
Rachel. Seperti sebuah tali yang sering rusak hingga akhirnya putus jua, dan
tidak akan bisa disatukan kembali. Begitulah hubungan Anton dan Rachel.
Gadis
berparas cantik itu kini menyesali perbuatannya. Menyesali masa lalunya. Dia
hanya bisa menangisi semua itu dipangkuan sahabatnya, Dimas. Dimas yang selalu
ada untuknya. Dimas yang selalu mengerti keadaannya. Dan Dimas, yang selalu
membuatnya tersenyum dikala terluka. Rachel menyadari segala hal tentang Dimas
dan dirinya. Persahabatan yang mereka tanam sejak bangku SMA dulu tidak berbuah
sia-sia. Kini mereka saling mengerti satu sama lain, tanpa melihat satu sisi
keburukan.
Sebenarnya,
Marcel dan Yunita mengetahui perasaan Dimas terhadap Rachel. Namun mereka masih
ingin menjaga hubungan persahabatan mereka agar tetap utuh. Tapi apalah daya
yang bisa diperbuat oleh manusia, tuhan menghendaki hal lain. Tuhan telah
membuka batas terlarang itu menjadi tidak terlarang. Dan semua itu diberikan
kepada Rachel dan Dimas. Mereka sanggup menembus batas terlarang itu. Apalah
arti persahabatan jika tidak didampingi dengan rasa cinta. Rasa cinta yang
sangat tulus tertanam diantara mereka berdua. Yang mampu menembus batas
persahabatan mereka menjadi ikatan suci.
0 komentar:
Posting Komentar