Semilir
angin sore hari yang meniup pundak dua orang anak yang sedang duduk terdiam dan
merenung di pinggiran sungai kecil. Dia bernama Raufa dan Puri, mereka
bersahabat dari kecil. Waktu mereka duduk di bangku SMP mereka bersahabat empat
orang. Namun, kedua sahabatnya sekolah diluar kota.
Di pagi hari yang cerah Raufa hendak pergi ke sekolah dengan mengayuh sepedanya
kearah rumah Puri. Dengan santainya Raufa mengayuh sepeda itu, karena pagi ini
dia berangkat lebih awal darri biasanya. Sesampainya di rumah Puri ternyata
Puri sudah menunggu di depan rumahnya.
“ Hai Puri,
sudah lama kamu menungguku,..?? “ Tanya Raufa dengan senyum manisnya.
“ oo, tidak
aku baru saja keluar dari rumah, mari kita berangkat. “ ajak Puri.
Mereka berdua mengayuh sepedanya dan melanjutkan perjalannya menuju sekolah.
Entah mengapa mereka selalu gembira. Tibanya di sekolah, suasananya masih sunyi
hanya burung burung berkicaun yang terdengar.
“hik.. hik..” tawa kecil Puri
“ mungkin kita terlalu pagi dating ke sekolah. “ ujar raufa.
“ taka pa lah.. oo. Iya hari ini kan giliran kita piket, “ kata Puri dengan
cepat mengayuh sepedanya menuju kelas.
Puri dan
Raufa pun segera membersihkan kelasnya, satu persatu temannya datang sampai bel
masuk pun berbunyi. Dan tidak lama kemudian Pak Farhan pun datang dengan
membawa dua orang siswi baru.
Semua siswa
siswi di kelas itu pun terdiam dan Pak Farhan menyuruh siswi baru itu untuk
memperkenalkan dirinya. Namun, tanpa di sadari Raufa dan Puri asytik sendiri
tanpa menghiraukan adanya murid baru itu. Pak Farhan pun menegur mereka , dan
mereka berdua melihat dua siswi baru itu dan berkata:
“ okta,, Fenya…” teriaknya terkejut.
Ternyata dua siswi baru itu adalah sahabat kecilnya yang sebelumnya sekolah di
luar kota. Dan siswi baru itu melanjutkan perkenalannya. Fenya dan Okta duduk
di belakang Raufa dan Puri, mereka pun langsung berbincang bincang dan
mengutarakan rasa kangennya, karena kebetulan guru guru pengajar ada rapat dan
di kelas hanya diberikan tugas.
Waktu pun
terus berlalu, Okta selalu bercerita kepada ketiga orang sahabatnya bahwa dia
sedang kasmaran, dia menyukai teman sekelasnya yaitu Fikra.
Namun, di
suatu saat ternyata Fikra menyukai Raufa sahabat Okta sendiri.karena Fikra
orangnya baik, Raufa pun menjadi teman dekat Fikra bahkan lebih dari sekedar
teman dekat. Dan Raufa lupa kalau ada sahabatnya yang sangat menyukai Fikra. Betapa
sakitnya perasaan Okta ketiak mendengar Raufa sahabatnya sendiri menjadi teman
dekat bahkan lebih dari sekedar teman dekat orang yang sangat dia sukai, namun
pada saat itu dia bias mengendalikan amarahnya.
Hari demi hari selalu mereka habiskan berempat, namun di suatu ketika sifat
Okta menjadi berubah karena melihat Raufa sahabatnya sendiri yang semakin dekat
dengan Fikra,“ aku mau keluar dari persahabatan ini.” Ungkap Okta dengan tak
wajar.
“ maksud
kamu itu apa Okta ..?? “ Tanya Puri dengan keluh kesahnya.
“ aku sudah
bosan dengan semua ini “ sentak Okta
“ apakah ini
yang dinamakan sahabat ..?? “ Tanya Raufa menangis.
Lalu mereka bertiga bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Okta tadi. Dan
tidak lama kemudian Puri menghampiri Okta yang sedang diam sendiri di bawah
pohon taman sekolah, dengan rasa takut mengganggu Okta yang sedang sendiri dia
ragu untuk menghampiri Okta, tapi rasa penasaran tentang apa yang tadi Okta
katakana terus menghantuinya, akhirnya dia pun menghampiri Okta.
“ ta,
bolehkah aku duduk di sebelahmu..?? “ dengan ragunya Puri bertanya kepada Okta.
Okta hanya
diam saja dan tidak menjawab pertanyaan dari Puri. Namun tidak lama kemudian
dia menjawab
“ mau apa
kamu kesini , mau membuatku menangis lagi cumin gara gara permasalahan ini..??
“ jawabnya dengan raut wajah yang marah.
Puri pun tidak yakin untuk menanyakan ada masalah apa sampai dia tidak mau lagi
bersahabat dengan dirinya. Puri akhirnya menggugurkan niatnya untuk menanyakan
permasalahan tadi, dan dia akan menanyakannya kembali jikalau suasana sudah
tenang tidak berkobar kobar seperti ini. Ketika Puri akan pergi meninggalkan
Okta, Okta memanggil Puri pelan.
“ purii..”
dengan pelannya.
Namun Puri tetap melanjutkan langkahnya karena puri menyangka Okta akan marah
marah seperti yang dia dilakukan kepada Puri tadi. Namun Okta terus memanggil
Puri, akhirnya Puri kembali menghampiri Okta.
“ aku tau
apa yang akan kamu bicarakan, kalau misalnya hanya untuk membahasa masalah tadi
dalam kondisi seperti ini tidak akan kunjung selesai. Tapi harus denagn kepala
dingin. “ ujarnya sambil memalingkan muka.
Puri pun
kembali melangkahkan kakinya dan Okta hanya bias diam merenungkan semua yang
dikatakan Puri itu ada benarnya. Tidak akan mungkn menyelesaikan masalah dalam
kondisi seperti ini. Okta akhirnya mengejar Puri.
“ Puri..
tunggu ..! “ teriak Okta.
Namun Puri
tetap menghiraukannya. Tapi di sisi lain dia ingin tau apa yang akan dikatakan
Okta kepada dirinya, Puri berfikir tidak ada salahnya dia berhenti sejenak dan
dia pun menghentikan langkahnya.
“ puri aku
hanya ingin mengatakan, tolong sampaikan kepada Fenya dan Raufa di tunggu
di rumahku nanti malam , termasuk juga kamu, aku mohon kehadiran kalian..! “
katanya dengan memohon.
“ baiklah
akan ku sampaikan ..” jawabnya.
Mereka
berdua berjalan menuju kelasnya dan bel masuk pun
berbunyi. teng… teng…
teng…
Mereka
berdua memasuki kelasnya, dengan raut muka yang berbeda Okta pun duduk di
samping Fenya. Namun Fenya tidak nyaman duduk dengan Okta karena hari ini dia
berbeda dengan hari hari biasanya. Karena Fenya yang risi melihat sikap Okta
yang aneh, Fenya akhirnya pindah ke depan dan duduk bersama Raufa. Dan Puri
yang menggantikan Fenya duduk bersama Okta.
Bel pulang pun berbunyi, semua siswa keluar kelas termasuk Fenya dan Raufa.
Fenya dan Raufa menunggu Okta dan Puri yang tak kunjung keluar dari kelas,
mereka bertanya Tanya apa lagi yang sedang dilakukan mereka berdua.
“ mmm.. lagi
ngapain lagi sihh tu anak..?? “ Tanya Fenya agak marah.
“ Mungkin
sedang membicarakan masalah tadi lagi..” ujar Raufa.
“ Rhi.. Tha…
mau pulang ga..?? “ Tanya Fenya yang
Tidak sabar
menunggu Puri dan Okta yang tak kunjung keluar dari kelas.
“ Iya
sebentar..! “ teriak Puri.
Di dalam kelas Okta bingung apa yang harus dia lakukan, karena dia malu dengan
apa yang dia lakukan tadi. Dan dia mengatakan suatu hal kepada Puri.
“ Rhi,
tolong katakan ya apa yang tadi ku katakan..! “ kata Okta sedikit memohon
kepada Puri.
Puri hanya
bias menganggukan kepalanya, dan mereka berdua pun keluar dari kelasnya. Okta
menyuruh Puri pulang bersama Fenya dan Raufa, karena hari ini Okta ingin pulang
sendiri.
Namun Puri
menolaknya, dia ingin pulang bersama sama seperti biasanya yang mereka lakukan.
Tetapi apa boleh buat usaha Puri membujuk Okta tidak berhasil.
Okta tetap
bersih keras ingin pulang sendiri, tidak mau bersama sama dengan mereka.Tetapi
di dalam hati kecil Okta dia ingin pulang bersama seperti biasanya.
Akhirnya mereka pun pulang terpisah, mereka bertiga dengan berat hati
meninggalkan Okta dan membiarkan Okta pulang sendiri. Okta dengan
santainya dia mengayuh sepedanya. Karena pikirannya melayang entah kemana
dengan tak sadar dia menabrak sebuah pohon di pinggiran jalan dan dia pun
terjatuh.
Pada saat
itu dia sangat kebingungan memikirkan bagaimana cara dia untuj bias sampai
rumah dengan kondisis tangan kiri dan lututnya terluka. Tidak lama kemudian
datang teman sekelasnya yaitu Fikra. Fikra kaget melihat ada seorang siswi yang
terjatuh di pinggiran jalan, ternyata itu adalah Okta. Dan Fikra pun membantu
Okta dan mengantarkan dia sampai rumahnya.
Tanpa di
sadari ternyata ketiga sahabatnya melihat Okta yang diantarkan pulang oleh
Fikra, tentu saja Raufa merasa aneh dan bertanya tanya kenapa okta bias semesra
itu dengan Fikra padahal Okta tau kalau Fikra itu pacar Raufa sahabatnya
sendiri. Raufa sangat kecewa kepada Fikra dan Okta, kenapa Fikra menghianati
Raufa. ( Raufa tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ).
Malam yang
di tunggu tunggu pun telah tiba, Okta sangat menantikan kehadiran ketiga
sahabatnya. Namun tidak lama kemudian datang dua orang sahabatnya. Okta bingung
kenapa yang datang hanya berdua.
Mereka berdua pun langsung masuk ke kamar Okta, mereka terkejut melihat tangan
kiri dan lutut Okta terluka.
“ Tha .. apa
yang terjadi sampai kamu terluka seperti ini..?? “ Tanya puri dengan raut wajah
gelisah.
“ tadi aku
menabrak pohon di pinggiran jalan, untungnya ada Fikra yang mau menbantu ku
mengantarkan pulang..” jawabnya
“ Tapi kamu
tidak apa apa kan..?? Tanya Fenya.
“ Iya ga
papa.. tapi ngomong ngomong Raufa mana..?? “ Tanya Okta kepada kedua
sahabatnya.
Kedua
sahabatnya bingung apa yang harus mereka katakana kepada Okta.
“
kemana..???? “ Tanya Okta.
“ Dia tidak
bias ikut Tha..” jawab Fenya ragu.
Okta bingung kenapa Raufa tidak ikut bersama kedua sahabatnya. Dan pada
akhirnya mereka menyelesaikan masalah yang tadi pagi.
Keesokan harinya mereka sekolah seperti biasanya. Namun sekarang Raufa yang
bersikap tidak seperti biasanya.
Ketika
istirahat Raufa tetap diam di kelas, Fikra sendiri heran dengan sikap Raufa
yang tidak seperti biasanya. Fikra pun menghampiri Raufa.
“ Fha ,,
apakah kamu tidak enak badan hari ini..?? “ Tanya Fikra dengan bingungnya.
“ Aku sedang
ingin sendiri, “ jawab Fha.
“ Tapi
kenapa..?? sikap kamu bebeda seperti biasanya..” ungkap Fikra.
“ Fha ngga
papa,,” jawab Fha pelan.
“ Fha kalau
ada masalah cerita dong Fha, aku siap mendengarkan..” bujuk Fikra.
Fha tidak menjawab, tetapi Fha malah pergi. Fikra bertanya tanya apakah ada
yang salah dengan pembicaraannya barusa. Akhirnya Fikra menanyakan hal tersebut
kepada ketiga sahabatnya, namun mereka juga tidak mengerti apa yang terjadi
kepada Fha.
Pulang
sekolah Fikra dan kedua sahabatnya menunggu Fha, mereka akan menanyakan apa
yang terjadi, kecuali Okta, dia pulang duluan, dia hanya menitipkan suatu hal
kepada kedua sahabatnya agar nanti sore mereka ke taman belakang komplek.
Terutama Okta ingin hal tersebut disampaikan kepada Fha. Sebelum Okta pulang
dia berbisik kepada Fikra
“ Fik, nanti
sore kamu juga harus datang ..! “ bisik Okta.
Fikra pun menganggukan kepalanya. Okta pun pergi meninggalkan mereka yang
sedang menunggu Fikra. Sambil menunggu Fha mereka bertiga membicarakan sikap
aneh Fha.
“
Sebenarnya apa yang terjadi kepada Fha,,,..?? “ tanya Fikra.
“ Kami pun
tidak tau apa yang terjadi ..” jawab Fenya
Di sela sela
pembicaraan Fikra dan Fenya Puri tiba tiba mengatakan
“ apa dia
salah paham tentang kejadian yang kemarin..? “ ungkap Puri.
Fikra baru menyadari hal itu, mungkin Fha salah paham menanggapi kejadian yang
kemarin. Tidak lama kemudian Fha keluar dan segera mengayuh sepedanya tanpa
memperdulikan teman-temannya.
Lalu Puri mengejar Fha dan menyampaikan apa yang tadi Okta sampaikan kepada
dirinya.
Sorenya Okta, Puri, Fenya dan Fikra sudah menunggu di taman belakang komplek.
Mereka menunggu Fha yang tak kunjung datang, tidak lama kemudian Fha pun
datang. Dengan terkejutnya Fha melihat tangan kiri dan lutut Okta terluka, dan
dia langsung menanyakan apa yang terjadi, ternyata benar Fha salah paham
menanggapi kejadian yang kemarin dan di baru menyadari dan melihat kalau lutut
dan tangan Okta terluka.
Akhirnya Okta menceritakan dan menjelaskan apa yang terjadi kepada Fha tentang
kejadian Fikra mengantarkan pulang Okta sampai rumah. Okta pun minta maaf atas
sikapnya yang aneh kemarin.
“ Sebelumnya
Tha minta maaf kepada kalian terutama kepada Raufa, Puri dan Fenya dan Tha pun
ga sadar dengan apa yang diucapkan Tha kemarin “ kata Okta kepada ketiga
sahabatnya.
“ ea Fha
maafkan. Dan Fha juga minta maaf karena fikra orang yang kamu sayangi menjadi
pacar Fha, jujur Fha lupa kalo Tha suka sama Fikra. “ kata Fha sambil memeluk
OKta.
Fikra tersenyum malu kepada mereka, dan Puri dan Fenya sangat bahagia karena
akhirnya Okta dan Raufa bias baikan, terutama persahabatan ini tidak jadi bubar
dan hancur berantakan gara gara seorang lelaki.
“ duhh..
yang menjadi rebutan cwe ..” gurau Puri kepada Fikra..
“ hahaha ..
“ ketawa Puri dan Fenya
“ sudah
sudah mukanya udah merah tu..” ujar Fenya.
Meskipun Fikra agak sedikit malu tetapi dia sangat bahagia karena sebuah
persahabatan tidak hancur gfara gara dirinya..
mereka sangat bahagia sekali dan akhirnya Raufa dan Fikra terus melanjutkan
hubungan mereka tentu saja persahabatan Puri, Fenya, Okta dan Raufa pun terus
berlanjut.
..selesai..
created by: puterii futiha
(putry ajah) x.1
0 komentar:
Posting Komentar