Minggu, 28 Oktober 2012

warna warni persahabatan


Semilir angin sore hari yang meniup pundak dua orang anak yang sedang duduk terdiam dan merenung di pinggiran sungai kecil. Dia bernama Raufa dan Puri, mereka bersahabat dari kecil. Waktu mereka duduk di bangku SMP mereka bersahabat empat orang. Namun, kedua sahabatnya sekolah diluar kota.
                Di pagi hari yang cerah Raufa hendak pergi ke sekolah dengan mengayuh sepedanya kearah rumah Puri. Dengan santainya Raufa mengayuh sepeda itu, karena pagi ini dia berangkat lebih awal darri biasanya. Sesampainya di rumah Puri ternyata Puri sudah menunggu di depan rumahnya.
“ Hai Puri, sudah lama kamu menungguku,..?? “ Tanya Raufa dengan senyum manisnya.
“ oo, tidak aku baru saja keluar dari rumah, mari kita berangkat. “ ajak Puri.
            Mereka berdua mengayuh sepedanya dan melanjutkan perjalannya menuju sekolah. Entah mengapa mereka selalu gembira. Tibanya di sekolah, suasananya masih sunyi hanya burung burung berkicaun yang terdengar.
            “hik.. hik..” tawa kecil Puri
            “ mungkin kita terlalu pagi dating ke sekolah. “ ujar raufa.
            “ taka pa lah.. oo. Iya hari ini kan giliran kita piket, “ kata Puri dengan cepat mengayuh sepedanya menuju kelas.
Puri dan Raufa pun segera membersihkan kelasnya, satu persatu temannya datang sampai bel masuk pun berbunyi. Dan tidak lama kemudian Pak Farhan pun datang dengan membawa dua orang siswi baru.
Semua siswa siswi di kelas itu pun terdiam dan Pak Farhan menyuruh siswi baru itu untuk memperkenalkan dirinya. Namun, tanpa di sadari Raufa dan Puri asytik sendiri tanpa menghiraukan adanya murid baru itu. Pak Farhan pun menegur mereka , dan mereka berdua melihat dua siswi baru itu dan berkata:
            “ okta,, Fenya…” teriaknya terkejut.
            Ternyata dua siswi baru itu adalah sahabat kecilnya yang sebelumnya sekolah di luar kota. Dan siswi baru itu melanjutkan perkenalannya. Fenya dan Okta duduk di belakang Raufa dan Puri, mereka pun langsung berbincang bincang dan mengutarakan rasa kangennya, karena kebetulan guru guru pengajar ada rapat dan di kelas hanya diberikan tugas.
Waktu pun terus berlalu, Okta selalu bercerita kepada ketiga orang sahabatnya bahwa dia sedang kasmaran, dia menyukai teman sekelasnya yaitu Fikra.
Namun, di suatu saat ternyata Fikra menyukai Raufa sahabat Okta sendiri.karena Fikra orangnya baik, Raufa pun menjadi teman dekat Fikra bahkan lebih dari sekedar teman dekat. Dan Raufa lupa kalau ada sahabatnya yang sangat menyukai Fikra. Betapa sakitnya perasaan Okta ketiak mendengar Raufa sahabatnya sendiri menjadi teman dekat bahkan lebih dari sekedar teman dekat orang yang sangat dia sukai, namun pada saat itu dia bias mengendalikan amarahnya.
            Hari demi hari selalu mereka habiskan berempat, namun di suatu ketika sifat Okta menjadi berubah karena melihat Raufa sahabatnya sendiri yang semakin dekat dengan Fikra,“ aku mau keluar dari persahabatan ini.” Ungkap Okta dengan tak wajar.
“ maksud kamu itu apa Okta ..?? “ Tanya Puri dengan keluh kesahnya.
“ aku sudah bosan dengan semua ini “ sentak Okta
“ apakah ini yang dinamakan sahabat ..?? “ Tanya Raufa menangis.
            Lalu mereka bertiga bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Okta tadi. Dan tidak lama kemudian Puri menghampiri Okta yang sedang diam sendiri di bawah pohon taman sekolah, dengan rasa takut mengganggu Okta yang sedang sendiri dia ragu untuk menghampiri Okta, tapi rasa penasaran tentang apa yang tadi Okta katakana terus menghantuinya, akhirnya dia pun menghampiri Okta.
“  ta, bolehkah aku duduk di sebelahmu..?? “ dengan ragunya Puri bertanya kepada Okta.
Okta hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan dari Puri. Namun tidak lama kemudian dia menjawab
“ mau apa kamu kesini , mau membuatku menangis lagi cumin gara gara permasalahan ini..?? “ jawabnya dengan raut wajah yang marah.
            Puri pun tidak yakin untuk menanyakan ada masalah apa sampai dia tidak mau lagi bersahabat dengan dirinya. Puri akhirnya menggugurkan niatnya untuk menanyakan permasalahan tadi, dan dia akan menanyakannya kembali jikalau suasana sudah tenang tidak berkobar kobar seperti ini. Ketika Puri akan pergi meninggalkan Okta, Okta memanggil Puri pelan.
“ purii..” dengan pelannya.
            Namun Puri tetap melanjutkan langkahnya karena puri menyangka Okta akan marah marah seperti yang dia dilakukan kepada Puri tadi. Namun Okta terus memanggil Puri, akhirnya Puri kembali menghampiri Okta.
“ aku tau apa yang akan kamu bicarakan, kalau misalnya hanya untuk membahasa masalah tadi dalam kondisi seperti ini tidak akan kunjung selesai. Tapi harus denagn kepala dingin. “ ujarnya sambil memalingkan muka.
Puri pun kembali melangkahkan kakinya dan Okta hanya bias diam merenungkan semua yang dikatakan Puri itu ada benarnya. Tidak akan mungkn menyelesaikan masalah dalam kondisi seperti ini. Okta akhirnya mengejar Puri.
“ Puri.. tunggu ..! “ teriak Okta.
Namun Puri tetap menghiraukannya. Tapi di sisi lain dia ingin tau apa yang akan dikatakan Okta kepada dirinya, Puri berfikir tidak ada salahnya dia berhenti sejenak dan dia pun menghentikan langkahnya.
“ puri aku hanya ingin mengatakan, tolong sampaikan kepada Fenya dan Raufa di tunggu  di rumahku nanti malam , termasuk juga kamu, aku mohon kehadiran kalian..! “ katanya dengan memohon.
“ baiklah akan ku sampaikan ..” jawabnya.
Mereka berdua berjalan menuju kelasnya dan bel masuk pun berbunyi.          teng… teng… teng…
Mereka berdua memasuki kelasnya, dengan raut  muka yang berbeda Okta pun duduk di samping Fenya. Namun Fenya tidak nyaman duduk dengan Okta karena hari ini dia berbeda dengan hari hari biasanya. Karena Fenya yang risi melihat sikap Okta yang aneh, Fenya akhirnya pindah ke depan dan duduk bersama Raufa. Dan Puri yang menggantikan Fenya duduk bersama Okta.
            Bel pulang pun berbunyi, semua siswa keluar kelas termasuk Fenya dan Raufa. Fenya dan Raufa menunggu Okta dan Puri yang tak kunjung keluar dari kelas, mereka bertanya Tanya apa lagi yang sedang dilakukan mereka berdua.
“ mmm.. lagi ngapain lagi sihh tu anak..?? “ Tanya Fenya agak marah.
“ Mungkin sedang membicarakan masalah tadi lagi..” ujar Raufa.
“ Rhi.. Tha… mau pulang ga..?? “ Tanya Fenya yang

Tidak sabar menunggu Puri dan Okta yang tak kunjung keluar dari kelas.
“  Iya sebentar..! “ teriak Puri.
            Di dalam kelas Okta bingung apa yang harus dia lakukan, karena dia malu dengan apa yang dia lakukan tadi. Dan dia mengatakan suatu hal kepada Puri.
“ Rhi, tolong katakan ya apa yang tadi ku katakan..! “ kata Okta sedikit memohon kepada Puri.
Puri hanya bias menganggukan kepalanya, dan mereka berdua pun keluar dari kelasnya. Okta menyuruh Puri pulang bersama Fenya dan Raufa, karena hari ini Okta ingin pulang sendiri.
Namun Puri menolaknya, dia ingin pulang bersama sama seperti biasanya yang mereka lakukan. Tetapi apa boleh buat usaha Puri membujuk Okta tidak berhasil.
                 
Okta tetap bersih keras ingin pulang sendiri, tidak mau bersama sama dengan mereka.Tetapi di dalam hati kecil Okta dia ingin pulang bersama seperti biasanya.
            Akhirnya mereka pun pulang terpisah, mereka bertiga dengan berat hati meninggalkan Okta  dan membiarkan Okta pulang sendiri. Okta dengan santainya dia mengayuh sepedanya. Karena pikirannya melayang entah kemana dengan tak sadar dia menabrak sebuah pohon di pinggiran jalan dan dia pun terjatuh.
Pada saat itu dia sangat kebingungan memikirkan bagaimana cara dia untuj bias sampai rumah dengan kondisis tangan kiri dan lututnya terluka. Tidak lama kemudian datang teman sekelasnya yaitu Fikra. Fikra kaget melihat ada seorang siswi yang terjatuh di pinggiran jalan, ternyata itu adalah Okta. Dan Fikra pun membantu Okta dan mengantarkan dia sampai rumahnya.
Tanpa di sadari ternyata ketiga sahabatnya melihat Okta yang diantarkan pulang oleh Fikra, tentu saja Raufa merasa aneh dan bertanya tanya kenapa okta bias semesra itu dengan  Fikra padahal Okta tau kalau Fikra itu pacar Raufa sahabatnya sendiri. Raufa sangat kecewa kepada Fikra dan Okta, kenapa Fikra menghianati Raufa. ( Raufa tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ).
Malam yang di tunggu tunggu pun telah tiba, Okta sangat menantikan kehadiran ketiga sahabatnya. Namun tidak lama kemudian datang dua orang sahabatnya. Okta bingung kenapa yang datang hanya berdua.
            Mereka berdua pun langsung masuk ke kamar Okta, mereka terkejut melihat tangan kiri dan lutut Okta terluka.
“ Tha .. apa yang terjadi sampai kamu terluka seperti ini..?? “ Tanya puri dengan raut wajah gelisah.
“ tadi aku menabrak pohon di pinggiran jalan, untungnya ada Fikra yang mau menbantu ku mengantarkan pulang..” jawabnya
“ Tapi kamu tidak apa apa kan..?? Tanya Fenya.
“ Iya ga papa.. tapi ngomong ngomong Raufa mana..?? “ Tanya Okta kepada kedua sahabatnya.
 Kedua sahabatnya bingung apa yang harus mereka katakana kepada Okta.
“ kemana..???? “ Tanya Okta.
“ Dia tidak bias ikut Tha..” jawab Fenya ragu.
            Okta bingung kenapa Raufa tidak ikut bersama kedua sahabatnya. Dan pada akhirnya mereka menyelesaikan masalah yang tadi pagi.
            Keesokan harinya mereka sekolah seperti biasanya. Namun sekarang Raufa yang bersikap tidak seperti biasanya.
Ketika istirahat Raufa tetap diam di kelas, Fikra sendiri heran dengan sikap Raufa yang tidak seperti biasanya. Fikra pun menghampiri Raufa.
“ Fha ,, apakah kamu tidak enak badan hari ini..?? “ Tanya Fikra dengan bingungnya.
“ Aku sedang ingin sendiri, “ jawab Fha.
“ Tapi kenapa..?? sikap kamu bebeda seperti biasanya..” ungkap Fikra.
“ Fha ngga papa,,” jawab Fha pelan.
“ Fha kalau ada masalah cerita dong Fha, aku siap mendengarkan..” bujuk Fikra.
            Fha tidak menjawab, tetapi Fha malah pergi. Fikra bertanya tanya apakah ada yang salah dengan pembicaraannya barusa. Akhirnya Fikra menanyakan hal tersebut kepada ketiga sahabatnya, namun mereka juga tidak mengerti apa yang terjadi kepada Fha.
Pulang sekolah Fikra dan kedua sahabatnya menunggu Fha, mereka akan menanyakan apa yang terjadi, kecuali Okta, dia pulang duluan, dia hanya menitipkan suatu hal kepada kedua sahabatnya agar  nanti sore mereka ke taman belakang komplek. Terutama Okta ingin hal tersebut disampaikan kepada Fha. Sebelum Okta pulang dia berbisik kepada Fikra
“ Fik, nanti sore kamu juga harus datang ..! “ bisik Okta.
                Fikra pun menganggukan kepalanya. Okta pun pergi meninggalkan mereka yang sedang menunggu Fikra. Sambil menunggu Fha mereka bertiga membicarakan sikap aneh Fha.
“  Sebenarnya apa yang terjadi kepada Fha,,,..?? “ tanya Fikra.
“ Kami pun tidak tau apa yang terjadi ..” jawab Fenya
Di sela sela pembicaraan Fikra dan Fenya Puri tiba tiba mengatakan
“ apa dia salah paham tentang kejadian yang kemarin..? “ ungkap Puri.
                Fikra baru menyadari hal itu, mungkin Fha salah paham menanggapi kejadian yang kemarin. Tidak lama kemudian Fha keluar dan segera mengayuh sepedanya tanpa memperdulikan teman-temannya.
                Lalu Puri mengejar Fha dan menyampaikan apa yang tadi Okta sampaikan kepada dirinya.
                Sorenya Okta, Puri, Fenya dan Fikra sudah menunggu di taman belakang komplek. Mereka menunggu Fha yang tak kunjung datang, tidak lama kemudian Fha pun datang. Dengan terkejutnya Fha melihat tangan kiri dan lutut Okta terluka, dan dia langsung menanyakan apa yang terjadi, ternyata benar Fha salah paham menanggapi kejadian yang kemarin dan di baru menyadari dan melihat kalau lutut dan tangan Okta terluka.
                Akhirnya Okta menceritakan dan menjelaskan apa yang terjadi kepada Fha tentang kejadian Fikra mengantarkan pulang Okta sampai rumah. Okta pun minta maaf atas sikapnya yang aneh kemarin.
“ Sebelumnya Tha minta maaf kepada kalian terutama kepada Raufa, Puri dan Fenya dan Tha pun ga sadar dengan apa yang diucapkan Tha kemarin “ kata Okta kepada ketiga sahabatnya.
“ ea Fha maafkan. Dan Fha juga minta maaf karena fikra orang yang kamu sayangi menjadi pacar Fha, jujur Fha lupa kalo Tha suka sama Fikra. “ kata Fha sambil memeluk OKta.
                Fikra tersenyum malu kepada mereka, dan Puri dan Fenya sangat bahagia karena akhirnya Okta dan Raufa bias baikan, terutama persahabatan ini tidak jadi bubar dan hancur berantakan gara gara seorang lelaki.
“ duhh.. yang menjadi rebutan cwe ..” gurau Puri kepada Fikra..
“ hahaha .. “ ketawa Puri dan Fenya
“ sudah sudah mukanya udah merah tu..” ujar Fenya.
                Meskipun Fikra agak sedikit malu tetapi dia sangat bahagia karena sebuah persahabatan tidak hancur gfara gara dirinya..
                mereka sangat bahagia sekali dan akhirnya Raufa dan Fikra terus melanjutkan hubungan mereka tentu saja persahabatan Puri, Fenya, Okta dan Raufa pun terus berlanjut.
               


..selesai..

created by: puterii futiha (putry ajah) x.1

0 komentar: